Kekuatan Asa



Ndak, Asa masih pengen study. Jangan putus, semangat Asa pak!, 1 tahun lagi Asa menyelesaikan study Asa. Asa yakin, bapak dan ibu bisa memperjuangkan Asa, Asa rela kuliah sembari kerja. Tapi, bapak dan ibu harus tetap memperjuangkan semangat Asa. Dengan semangat bapak ibu, Asa semakin yakin bisa lulus s1 dan menjadi kebanggaan bapak dan ibu.” Sembari aku melelehkan air mataku yang tak sanggup ku bendung,  ibu pun demikian.

Kala itu sore hari setibaku dari Semarang, ketika kedua orang tuaku memintaku untuk pulang secepatnya. Dalam perjalanan pulang dari Semarang, hatiku bergejolak tak tahu arah. Karna bathinku mengungkap, ada suatu hal yang bakal terjadi. Saat itu pulalah, bisnis kedua orang tuaku colaps, dan studyku bakal terkorbankan. Takut dan sedih memang. Tapi, aku buang jauh-jauh fikiran itu. 3 jam perjalanan dari Semarang, akhirnya aku sampai juga di istanaku yang akan segera pindah tangan.
Sore telah menjelma menjadi senja dan petang siap menyapaku hingga senyum mentari tak lagi kurasakan nikmat. Karena pagiku telah mendung. Usaha orang tuaku tak lagi bisa diselamatkan, hutang dimana-mana, hingga tempat berteduh kami pun akan kami korbankan. Sungguh ini uji terberat ku. Aku berantakan, tak tahu harus berbuat apa.
“kringggg….. kringggggg….” Nada pesan ponselku berdering. Ku tengok, ada sebuah pesan dari sahabatku di Semarang.
From Vera:
“ Sa, lagi apa kamu?”
“Aku lagi merintih kesakitan…”
“Sha, sabar ya? Pasti ada jalan, aku mau kasih kamu info, semoga bermanfaat.”
“Info apa Ver?”
“Gini, Resto punya tanteku yang didekat kampus kita itu lagi butuhin pramusaji, kerjanya ndak berat kok, sebelumnya aku sudah cerita panjang lebar tentangmu. Kamu bisa kerja part time, itupun hanya 3 hari. Nanti sisa 2 hari buat privat  anak-anak perumahan deket kost kita. Aku ada 4 anak yang lagi butuh guru privat. Dan sehari bisa buat istirahat, gimana Sha?”
“Wah kamu sangat membantuku, iyah Ver, aku mau. Kapan aku bisa mulai?”
“Hari senin sepulang kuliah, kamu ku antar ke Resto tanteku. Ok?”
“Iyah Ver, nanti sore aku segera berangkat ke Semarang, thanx ya sist?”
 “Iyah sama-sama, smile dund :)
:)
Seperti ada cahaya kilat yang mencerahkan semua indraku, seketika semangatku membara. Bergegas, aku menemui bapak dan ibuku yang sedang berbincang diruang keluarga.
“Pak, bu, nanti sore aku mau berangkat ke Semarang” pintaku dengan suara bergetar.
“Bapak belum punya ongkos buatmu nak, rumah ini belum terjual. Orangnya baru mau mentransfer  uangnya senin besok.” Dengan berat, bapak mengungkapkan kalimat itu.
“Tak apa pak, Asa masih punya uang tabungan, dan di Semarang, Asa sudah dapat tawaran kerja di Resto dan privat anak-anak. Lumayan, bisa buat uang kuliah dan semoga dengan adanya hal ini, bapak dan ibu tetap semangat memperjuangkan Asa.”
Dipeluklah tubuh kurusku. Begitu hangat di apit 2 orang  yang  sangat barharga bagi hidup matiku.
Hari senin sepulang kuliah, kakiku melangkah cepat dengan teman sejawatku Vera. Siang itu begitu terik, kulit sawo matangku serasa terpanggang dan seketika menjelma seperi coklat masak.  Begitulah cuaca di Semarang, terik! Langsung aku diajak Vera menemui tantenya. Tante Ida namanya, orangnya sangat ramah sekali dan sangat keibuan. Itu hal pertama kali yang bisa ku ungkap ketika pertama kali dipertemukan dengan tante Ida. Ya betul, tante Ida memang sebaik seperti yang aku lihat dari luarnya. Hatinya pun demikian.
“Siang tante.” Sapa halus Vera pada tante Ida.
“Iya siang, eh kamu ta nduk.”
“Iya tante, ini Asa temen Vera yang sering Vera ceritakan sama tante.”
Aku pun tak perlu menunggu lama untuk mencium tangan tante Ida. Ada kehangatan pada diri tante Ida. Itu yang kurasakan.
“Oh ini yang namanya Asa ta? Vera sudah sering cerita tentangmu nduk, tante ikut prihatin ya?”
“Iya tante, trimakasih. Asa sudah sering diajak Vera mampir ke Resto ini. Tapi, baru kali ini bisa jumpa dengan tante.”
“Iya nduk, Resto pusat punya keluarga di Jogja sekaligus rumah tante disana. Yang disini salah satu cabangnya. Yang mengelola adik tante sendiri, ya omnya Vera juga.”
Setelah hampir 30 menit, aku, Vera dan tante Ida berbincang lebar. Aku dan Vera pun pamit pulang ke kost kami. Aku bisa mulai bekerja  besok pagi. Lembaran perjalanan hidupku dalam memperjuangkan cita dan anganku kini dimulai dan memasuki babak awal. Aku berharap, ini bukan sebuah permainan yang akan ada usainya. Namun, aku berharap ini sebuah perjalanan nyata sebagai perjuanganku yang tak kan terputus.
Esok hari, aku bersiap berangkat ke kampus dengan semangat baru. Pukul 12.30, perkuliahan pun telah usai. Aku bergegas pulang ke kost dan siap untuk melangkahkan kakiku ke tempat baruku, dunia baruku, dunia perjuanganku. Aku mulai bekerja pukul 14.00- 20.00.
Aku menikmati dunia baruku, aku tak merasa lelah ataupun berat. Pulang kuliah 3 hari part time dan ketika weekend aku mprivatin anak-anak. Semua berjalan mengalir dan menyenangkan. Kurasakan seperti ini karena ada keinginan terbesarku dalam menggapai cita-cita dan aku sangat menikmatinya. Aku bisa sejenak menghilangkan penat karna masalah yang sedang membelitku dan keluargaku.
Ketika weekend tiba, aku bersiap untuk mrivatin anak-anak. Aku sangat cinta dunia anak, ini semua jualah yang mendorongku untuk kuliah di fakultas psikologi. Cita-citaku adalah menjadi Psikolog handal yang kelak bisa membantu anak-anak dan orang-orang dalam menghadapi masalah. Karena dalam hatiku terdalam “semua kesulitan pastilah ada kemudahan disitu, Inna ma’al Usri yusro.”
Kuliahku lancar, pekerjaanku lancar dan kegiatan LSM-ku pun lancar. Dan kebahagiaanku semakin lengkap, ketika orang tuaku sanggup merangkak dari bawah hingga perlahan usaha kami bangkit lagi walau dalam kesederhanaan. Tepat 1 tahun, seperti yang pernah ku katakan pada bapak dan ibu waktu itu, ketika ku katakana “Jangan putus, semangat Asa pak!, 1 tahun lagi Asha menyelesaikan study Asa.” Aku telah diwisuda dengan nilai sangat takjub dan dengan ini aku sangat bahagia karena senyum abadi seakan terukir jelas pada raut wajah bapak dan ibuku.
Dengan keyakinan sebuah asa (cita-cita), usaha dan restu orang tualah aku sanggup menjadi seperti sekarang ini. Sekarang, aku telah bekerja di DinKes Semarang. Kekuatan, doa dan usahaku terbayarkan akan Maha Besarnya sang Pencipta. Thanx GOD.

Kekuatan Asa Kekuatan Asa Reviewed by Unknown on 22:56 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.