Pesan Ega Bagian 1


“Bangun tidur tak ada kesibukan ibu bapak yang ku tangkap dengan mata tegas. Berangkat sekolah tak ada tangan mereka  yang ku kecup. Pulang sekolahpun tak ada mereka yang senantiasa menanyakan bagaimana sekolahmu hari ini? Pulang dengan siapa? Ada tugas apa saja? Hingga malam bersuapun mereka tak ada disampingku. Bapak! Ibu! Aku rindu kalian” gerutu Ega.
          Jelas,! Ega merasa kesepian. Ia tinggal di kampung hanya bersama neneknya. Ibunya menjadi TKW, dan bapaknya merantau ke kota. Bapaknya pulang kampung 1 tahun sekali, sedangkan ibunya belum pernah pulang sama sekali selama 3tahun menjadi TKW di Arab Saudi. Kini, Ega sudah duduk dibangku kelas XII di salah satu SMA swasta di daerahnya. Sebenarnya, ia adalah anak yang baik dan penurut. Namun, semenjak ia hidup jauh dari orang tuanya. Ia menjadi pribadi yang tertutup dan sering memberontak. Bahkan, beberapa kali Ega terlibat tawuran antar pelajar. Semua ini jelas terlihat bahwa Ega sangat merindukan sosok pelindung dan pemerhati dirinya. Nenek Ega sudah terlalu tua dan saudara-saudara Ega juga terlalu sibuk dengan urusan masing-masing.


          Malam itu, ketika hujan lebat mengguyur desa di pesisir pulau Jawa dan petirpun menggelegar membangunkan semua penghuni alam raya, Ega pulang dengan basah kuyup dan muka lebam dengan seragam SMA yg masih melekat kuat ditubuhnya.
“Dari mana saja kamu Ga? Mukamu lebam, rambutmu acak-acakan, seragammu sudah tak berwujud seragam SMA, kau berkelahi lagi?” Tanya nenek seperti polisi yang sedang mengintrogasi terduga. Tak ada sepatah katapun keluar dari mulut Ega. Ia langsung masuk kekamar.
          Hari-hari Ega ibarat pesawat kertas yang diterbangkan ke angkasa luar. Namun, pesawat itu terbang tak punya arah, ia terjatuh setelah sejenak merasakan hembusan angin. Hampa dan sunyi, itu yang Ega rasakan. Kehidupan ia tercukupi, bapak dan ibunya tak pernah abstain untuk memberikan kebutuhan Ega dan neneknya. Tiap bulan mereka selalu mengirim uang untuk Ega. Ia tak pernah sumringah dengan semua itu. Karena yang ia inginkan hanya satu, hidup bersama bapak ibunya, mendapatkan kasih sayang penuh, mendapatkan perhatian tiap saat. Namun, itu mimpi.
          “Sarapan nak,! Ayo bangun sudah siang, kamu kan harus berangkat sekolah.” Dalam tidur setengah bangun, ia merasakan kehangatan suara itu, suara itu tidak asing baginya.
“Ibu, iya itu suara ibu.” Ega berusaha membenarkan apa yang ia rasakan. Tanpa berfikir panjang, ia langsung terperanjat dari peraduannya semalam.
“Ibuuuuuuu!!!” Ega mencari-cari sosok yang ia rindukan. Diruang tengah, ia tengok tak ada, diruang depan juga tak ada, diruang makan juga tak ditemukannya sumber suara itu. Dari arah  belakang, tepatnya di musholla rumah ada sumber suara rintihan wanita. Di hampiri segera dimana sumber suara itu. Jantung Ega berdegub kencang, itu seperti suara ibu Ega.
“Ada apa dengan ibu?” Ega bertanya-tanya tanpa tahu apa jawabannya. Betul, itu adalah ibu Ega.
“Ibu, Ega rindu sekali pada ibu. Kenapa ibu tidak pernah menghubungi Ega? Kenapa ibu hanya berkirim uang tanpa berkirim kabar? Ega ingin bercerita banyak pada ibu.”
Ibu dan Ega berpelukan erat dan ibu Ega berpesan pada Ega “Maaf nak, ibu tak bisa memperhatikanmu layaknya ibu pada umumnya, maafkan ibu juga tak pernah beri kabar. Akhir tahun ini ibu akan pulang ke Indonesia.” Wajah ibu Ega terlampau bercahaya, sehingga Ega tak tahu benarkah itu ibunya atau bukan. Pelukan itu tak ingin Ega lepas. Ega peluk kuat-kuat. Dan tubuh Ega terasa seperti di goyang-goyangkan.
“Ega, bangun! Sudah siang, ayo sekolah.” Ega membuka mata pelan-pelan, dan ternyata semua itu bunga tidur Ega. Ega menitikkan air mata. Tak tahu, itu air mata sedih ataukah bahagia. Namun, Ega yakin. Mampi itu kabar baik ibunya.
          Esok harinya, Ega mendapati surat dari sang ibu, yang mengatakan bahwa akhir tahun ini ibu akan pulang ke Indonesia dan memulai hidup normal layaknya keluarga pada umumnya. Ega sangat bahagia sekali memperoleh kabar ini. Seketika dalam hati kecilnya, Ega berjanji pada dirinya bahwa ia akan kembali seperti Ega yang dulu. Ega yang baik, penurut, tak kenal berkelahi bahkan tawuran. Dan mulai itu juga, Ega benar-benar menepati janjinya. Ega tak pernah pulang telat, Ega selalu membantu neneknya, Ega tak pernah berkelahi lagi dan Ega tak pernah ikut tawuran.
          Akhir bulan, bapak Ega tak berkirim uang, karena bapak Ega mudik setelah setengah tahun pergi merantau. Kala itu semburat mentari baru saja menempakkan senyumannya dari ufuk timur. Pintu rumah terdengar ada ketukan, dan dibalik pintu sepertinya ada suara seorang lelaki paruh baya. Bergegas Ega melangkahkan kakinya dari mushola rumah setelah melaksanakan sholat subuh.
“Kreekkkkk! Suara pintu rumah dibuka. Dan ternyata dibalik pintu berdiri gagah bapak Ega. Pelukan Ega menyambar tak kenal ampun. Teramat rindu Ega terhadap orang tuanya. Bapak Ega pun tak kuasa menahan tangis karena meninggalkan Ega sendirian dirumah tanpa perhatian darinya...... Pesan Ega bagian 2
By NoePuja


Pesan Ega Bagian 1 Pesan Ega  Bagian 1 Reviewed by Unknown on 20:49 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.