Mahasiswa Raksasa Tidur?
Pandangan sebagai kaum yang
mempunyai pengetahuan lebih, kaum yang sanggup menjadi sarana perubahan bangsa
dan negara, kaum yang mampu mengkritisi para pemimpin. Beban inilah yang selalu
membayangi seorang mahasiswa. Semua ini menjadi beban, karena mahasiswa masa
kini telah tak mampu menjalankan sebagaimana mestinya perananya. Baik untuk
diri sendiri maupun masyarakat.
Disaat mahasiswa di tuntut akan
keintelektualannya, apa yang terjadi?. Mahasiswa tidak mampu menerapkan apa
yang telah didapatnya. Percuma, banyak buku yang telah di telan, banyak bacaan
yang ditransfer ke memorinya, dan ilmu-ilmu yang di perolehnya di bangku kuliah
dan dimanapun diperoleh. Namun, mahasiswa tidak sanggup mengolahnya, tidak
sanggup mengamalkannya, tidak sanggup memecahkan masalah sepele. Justru otot
yang mereka andalkan. Mau jadi apa bangsa dan negara ini? Jika mengharapkan
generasi yang hanya berotot namun tak
berisi.
Sebagai agen perubahan (agent of
change) pun tak luput dari sosok seorang mahasiswa. Sungguh malu dan
mirisnya, jika sebutan itu hanya menjadi wacana tanpa adanya suatu tindakan.
Jika keintelektualan mahasiswa sudah tidak berfungsi lagi, apa gunanya agent
of change? Hanya sebutan saja memang. Untuk itu, tidak salahnya jika kita
para mahasiswa masa kini wajib berkiblat pada kiprah mahasiswa-mahasiswa terdahulu.
Seberapa besarnya jasa dan perjuangan Bung Karno dan Bung Hatta, seberapa
besarnya peran mahasiswa sanggup menumbangkan Orde Baru dan mebuka Masa
Reformasi. Dan masih banyak mahasiswa-mahasuswa terdahulu yang mempunyai
peranan penting bagi perkembangan Indonesia.
Tidak di pungkiri memang. Dengan
sikap kekritisan mahasiswa, tak sedikit para pemimpin yang di nilai tidak
mengayomi, dapat di tumbangkan. Namun, kekritisan itu dapat di pandang sebuah
kebenaran, ketika sanggup memihak pada kebenaran, kemaslahatan bersama dan
tanpa ke anarkisan. Namun apa? Kekritisan mahasiswa masa kini justru berupa ke
anarkisan dan saling menyalahkan bahkan menyerang satu sama lain.
Tak henti- hentinya, banyak
penilaian yang tertuju pada mahasiswa. Materialisme dan konsumerisme juga tak
luput dari sosok mahasiswa, dimana pemakaian produk-produk luar negeri dan
semua yang menjadi trend, mahasiswa bela-belakan untuk memenuhinya.
Kehidupan bermasyrakatpun sangat minim
sekali tercermin, tak banyak mahasiswa yang sanggup mengabdikan diri dan
bersosialisasi dengan masyarakat luas. Hanya masih segelintir orang yang benar-benar layak di sebut sebagai Mahasiswa.
Seharusnya kita tau, peran mahasiswa adalah sebagai agent of change, meneruskan
tongkat estafet para pendahulu, sanggup menjadi kaum panutan, menjadi manusia
yang kritis namun terarah, dan sanggup menjadi makhluk social seutuhnya.
Lalu, apakah semua ini sudah kita
lakukan? Sudah adakah pada diri kita masing-masing yang mengaku sebagai seorang
MAHASISWA ( siswa yang terbesar )? Jika semua itu belum ada, tidak salah
memang. Jika Mahasiswa di ibaratkan sebagai Raksasa Tidur. Mengaku sebagai
orang yang berkependidikan lebih. Namun, tak ada perubahan yang sanggup dicapai.
Apalagi sesuatu yang sanggup menjadi sejarah dalam hidup berbangsa dan
bernegara.
Untuk menghilangkan ungkapan itu, bangunlah
wahai Mahasiswa!!! dari tidur panjangmu. Perubahan menanti usahamu. Sejarah pun
menanti aksimu. Marilah sahabat-sahabat semua, renungkanlah sejenak apa yang
sudah kita kerjakan hingga detik ini sebagai Mahasiswa. Sebuah wacana tak
ada artinya ketika tidak
ada tindakan nyata. Karena “Sebaik – baiknya manusia di dunia adalah
manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain”
Jangan biarkan Mahasiswa menjadi agen
penghancur jati diri bangsa.
Jaya Mahasiswa!!!. Hidup Agent of
Change!!!.
By Pelukis Senja
By Pelukis Senja
Mahasiswa Raksasa Tidur?
Reviewed by Unknown
on
01:33
Rating:
No comments: